Pernah dengar istilah akalasia? Keadaan ini sebagai lenyapnya kekuatan tenggorokan (esofagus) untuk menggerakkan minuman atau makanan dari mulut ke lambung. Akalasia sebagai satu abnormalitas yang terkait dengan saraf, yang belum dijumpai pemicunya. Seorang yang menderita akalasia akan susah untuk menelan. Ini muncul karena otot katup di antara tenggorokan dan perut tidak terbuka sesudah makanan ditelan.
Orang yang menderita akalasia kerap kali alami kesusahan untuk menelan atau berasa jika makanan yang dimakan terbelit di tenggorokan. Persempitan katup tenggorokan bawah mengakibatkan tenggorokan di atasnya melebar. Tanda-tanda yang lain dapat berbentuk ngilu dada dan pemuntahan kembali (regurgitasi) isi tenggorokan yang melebar. Ngilu dada bisa terjadi di saat menelan atau tanpa argumen tertentu.
Tanda-tanda ini mengakibatkan batuk yang terlalu berlebih dan tingkatkan resiko berlangsungnya inspirasi, yaitu makanan yang terisap dan masuk ke aliran pernafasan dan dapat mengakibatkan terselak. Beberapa gejala dan tanda lain dari akalasia ialah:
- Ngilu atau merasa tidak nyaman pada perut dan dada yang terlalu berlebih sesudah makan.
- Pengurangan berat tubuh yang tidak tersengaja.
- Ngilu yang terjadi pada ulu hati.
Selainnya tanda-tanda di atas, penderita akalasia dapat alami regurgitasi atau saluran balik asam lambung ke tenggorokan. Tetapi, hal ini sebagai salah satunya tanda-tanda penyakit dari aliran cerna yang lain, seperti refluks asam lambung.
Keadaan ini bisa terjadi sebagai akibatnya karena beragam hal. Kadang, susah untuk tenaga medis untuk tentukan pemicu detil yang memicunya. Keadaan ini bisa turun, atau dapat terjadi sebagai akibatnya karena ada penyakit autoimun. Pada keadaan itu, mekanisme ketahanan badan bisa serang sel sehat yang ada dalam tubuh. Degradasi dari persarafan yang ada pada esofagus kerap kali berperan pada munculnya gejala dan tanda lanjut dari akalasia.
Akalasia terjadi saat saraf pada dinding tenggorokan yang menyambungkan mulut dengan lambung alami kerusakan dan stop berperan secara normal. Biasanya, otot sisi bawah tenggorokan (lower esophageal sphincter atau LES) akan terbuka secara automatis supaya makanan bisa masuk ke lambung. Tetapi pada penderita akalasia, LES tidak buka dan tutup secara normal, hingga makanan menimbun pada bagian bawah tenggorokan atau naik kembali lagi ke pangkal tenggorokan.
Pemicu khusus rusaknya LES ini belumlah diketahui dengan cara tepat. Tetapi, ada faktor-faktor yang diperhitungkan mempunyai potensi tingkatkan resiko berlangsungnya akalasia hingga jadi pemicu penyakit akalasia, diantaranya:
- Infeksi virus.
- Factor turunan. Akalasia diperhitungkan di turunkan dari orang-tua yang alami akalasia.
- Masalah mekanisme imun. Akalasia diperhitungkan disebabkan karena kekeliruan mekanisme imun yang serang sel saraf tenggorokan, hingga saraf tenggorokan alami pengurangan peranan.
- Penyakit ini susah untuk dihindari. Tetapi, penderita bisa menahan munculnya akalasia dengan mengubah pola hidup jadi lebih sehat. Langkah menahan akalasia diantaranya:
- Tidur dalam sikap datar. Pakai bantal untuk menyangkal kepala. Ini dilaksanakan untuk menahan asam lambung naik ke tenggorokan.
- Jauhi makan saat sebelum tidur. Beri waktu minimum 3 jam saat sebelum kamu tidur.
- Jalani skema makan dengan jatah kecil dan seringkali.
- Kunyah makanan secara baik saat sebelum ditelan.
- Perbanyak minum saat sedang makan.
- Stop merokok.
Baca juga: pilihan setelah lulus sma