Arti Cincin sebagai Simbol Pernikahan

Pernikahan adalah salah satu momen bahagia yang paling ditunggu-tunggu. Tidak jarang orang menyebutnya sebagai momen sakral dalam hidup mereka. Cincin sering digunakan sebagai simbol sakral untuk mempersatukan ikatan pernikahan yang sah saat ini.

Cincin kawin memiliki sejarah panjang, sejak zaman Romawi. Namun, ada yang berpendapat bahwa cincin kawin menjadi simbol keabadian dalam pernikahan pada zaman Mesir Kuno. Apakah Anda tertarik dengan sejarah cincin kawin? Menyusul peluncuran cleanorigin, berikut beberapa ulasan sejarah tentang filosofi cincin kawin yang patut Anda ketahui.

Banyak orang percaya bahwa cincin kawin berasal dari kebiasaan Yunani dan Romawi. Mereka mengira jari manis memiliki pembuluh darah khusus yang mengarah langsung ke jantung. Tak heran jika cincin kawin sering dikenakan di jari manis.

Sebelum menemukan emas, orang Romawi mengenakan cincin besi yang disebut ‘Anulus Pronubus’, yang diterjemahkan sebagai ‘Bride’s Ring’. Menariknya, pria Romawi biasa memberikan cincin sebagai simbol kepemilikan daripada cinta. Ketika seorang wanita menerima sebuah cincin, seorang pria Romawi mengklaimnya sebagai miliknya.

Tidak hanya itu, orang Romawi adalah orang pertama yang mengukir cincin. Cincin Fede, yang menggambarkan dua tangan yang tergenggam, adalah ukiran paling populer saat itu. Cincin kawin digunakan dalam ritual perkawinan Kristen karena tradisi kerajaan Romawi yang masih sangat kuat. Memang, gereja mulai memasukkan tradisi menyematkan cincin kawin ke dalam upacara pernikahan.

Berbicara tentang cincin kawin, sebagian orang percaya bahwa tradisi bertukar cincin di pesta pernikahan sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Orang Mesir Kuno telah bertukar cincin yang terbuat dari alang-alang atau semak sejak 4.000 SM. Para wanita Mesir Kuno membuat bahan-bahan ini menjadi lingkaran dan menyematkannya menjadi cincin.

Bentuk lingkaran cincin itu juga memiliki makna filosofis yang dalam. Lingkaran itu dianggap oleh orang Mesir Kuno sebagai simbol tanpa awal atau akhir, mewakili persatuan pernikahan yang tidak pernah berakhir.

Lebih jauh lagi, lubang di tengah ring memiliki arti penting sebagai gerbang atau pintu menuju suatu peristiwa. Memberi seorang wanita cincin dengan demikian merupakan simbol cinta tanpa akhir dan abadi.

Bahan cincin berkembang seiring waktu, menjadi kulit, tulang, atau gading. Semakin mahal bahan utama cincin itu, semakin banyak cinta yang ditampilkan; Nilai cincin juga mencerminkan kekayaan si pemberi cincin.

Itulah filosofi di balik cincin kawin yang sering digunakan sebagai simbol pernikahan. Sampai saat ini, sejarah cincin kawin terus berkembang. Namun, emas kini banyak digunakan sebagai bahan dasar cincin kawin.

 

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut cincin model terbaru anda dapat mengunjungi Cincin Nikah Model Terbaru.